BOGORnews,== Wajah sumringah bercampur haru nampak terlihat dari para penerima PWI Award 2014 yang digelar di Gedung Kemuning Gading Bogor, Jum’at (28/2) malam lalu. Sebanyak 24 orang dari berbagai bidang mulai bidang pendidikan, sosial, seni budaya, dan pemeritahan dinilai layak untuk menerima PWI Award 2014. Mereka dinilai memiliki perhatian terhadap perkembangan Pers di Kota Bogor. Dari 24 orang penerima Award, tidak hanya walikota, tapi juga masyarakat sesuai bidangnya.
Dadang H. Padmadiredja salah satu Budayawan Bogor yang penerima PWI Award sebagai penggagas pengunaan totopong (ikat kepala) yang menjadi ciri khas orang sunda. Gebyar penggunaan totopong digulirkan Dadang sejak tahun 2012 lalu, dan direspon baik oleh kalangan stakeholder dan masyarakat Kota Bogor.
Bukti, diresponnya penggunaan totopong, jika sebelumnya peringatan Hari Jadi Bogor hanya sebatas mengenakan pakaian adat sunda, kini hampir semua pejabat pemerintahan mulai dari Walikota hingga para Camat dan Lurah mengenakan totopong lengkap mengenakan baju kampretnya (pakaian serba hitam) setiap peringatan Hari Jadi Bogor
Penggunaan totopong juga telah merambah ke Stasiun Kereta Api, dimana para masinis kereta penggunaan totopong untuk menyambut HJB. Selain itu pedagang kaki lima, sekolah, rumah makan, bahkan ada jemaat gereja di salah satu gereja di Bogor menggunakan totopong. “ Walaupun belum merambah kesemua lapisan masyarakat, tapi Alhamdulillah telah direspon positif, dan kita merasa bangga,“ kata Dadang seusai menerima Award.
Menurut Dadang, penggunaan totopong setiap peringatan HJB untuk menunjukan ciri bahwa Bogor memperingati Hari Jadinya. “ Saya juga telah mengusulkan kepada Pemerintah Kota Bogor agar pengunaan totopong dan berbahasa sunda dilakukan setiap hari Kamis, “ ujar Dadang.
Selain Dadang, PWI Award juga diterima oleh Iyan Sofyan yang dinilai banyak berjasa memberikan kontribusi kepada Pers di Kota Bogor. Mungkin orang tidak tahu ada staf humas di pemerintah Kota Bogor yang telah berkiprah lebih 25 tahun. Walaupun namanyaa tidak mencuat namun telah banyak berkontribusi dalam penyebarluaskan informasi khususnya kegiatan Pemerintah Kota Bogor. “ Media adalah mitranya humas, tanpa media humas tidak ada apa-apanya, “ kata Iyan.
Sudah puluhan ribu, press release yang dibuatnya dan telah dipublikasikan melalui media. “ Saya bertugas di Humas sejak Kota Bogor dipimpin oleh Walikota Suratman (alm). Jadi saya sudah empat periode walikota bertugas di Humas Pemerintah Kota Bogor, “ katanya.
Ia mengatakan, bahwa pengalamannya yang tidak bisa terlupakan selama bertugas sebagai staf humas. Seperti, ketika terjadi peristiwa kebakaran pasar Anyar yang menewaskan 10 orang. “ Saya masih teringat berada dilokasi kebakaran sejak pukul 05.00 pagi hingga pukul 03.00 dinihari, (keesokan harinya-red). Waktu itu saya berada dilokasi kebakaran ikut membantu mengumpulkan data-data peristiwa kebakaran, “ tuturnya.
Pengalaman lainnya yang tidak terlupakan, kata Iyan, yakni mempopulerkan istilah Suling dan Ngasuh. Suling singkatan dari Subuh keliling dan Ngasuh singkatan Ngaji Subuh. Seperti diketahui, Walikota Diani Budiarto diperiode pertama jabatannya hampir setiap hari melakukan subuh keliling ke masjid – masjid, dan diperiode ke dua jabatannya menggulirkan program Ngaji Subuh.
Sedangkan penerima Award lainnya Andi Sudirman yang sudah tidak asing lagi di kalangan media. Nama Andi Sudirman mencuat setiap musim penghujan yang menimbulkan banjir di Jakarta. Media membutuhkan informasi dati Andi mengenai ketinggian air sungai Ciliwung di Bendung Katulampa. Selain itu. Award juga diterima pendongeng sunda radio Mama Arif Hidayat. Dongeng sunda Radio ini pernah popular di Bogor pada era Tahun 1975 – 1980 an, karena selalu dinantikan para pendengarnya. (eone)
Leave a Comment