Hal ini dikatakannya pada rapat perdana Himni kepengurusannya, di Pusat Pelatihan Management dan Kemimpinan Pertanian (PPMKP) di Ciawi, Bogor, Sabtu (15/2) lalu.
Ia mengatakan, salah satu pilar pembangunan pertanian adalah ketersediaan tenaga penyuluh terampil yang siap terjun langsung membina para petani. Sementara saat ini, tenaga penyuluh yang ada hanya tinggal setengahnya, dan tidak akan terjadi kesinambungan, sebab sekolah penghasilnya sebagian sudah ditutup seperti SPMA Negeri Bogor.
“Kalau dibiarkan terus seperti ini, dunia pertanian di Indonesia sulit bangkit, selamanya akan tergantung dari import,” tukasnya.
Padahal, lanjutnya, keperluan tenaga lapangan menengah trampil, tidak saja diperlukan di sektor penyuluhan pertanian, tapi sektor perkebunan, peternakan, perikanan dan sektor industri pertanian.
Dia juga meragukan lulusan tenaga dari perguruan tinggi mau kukucuprakan (blusukan) masuk kampung keluar kampung mengunjungi langsung para petani di sawah dan di kebunnya.
tenaga lulusan SPMA sudah dibiasakan dengan kondisi seperti itu, karena sejak di kelas 1 sudah dibiasakan hidup di tengah pertanian, baik melalui praktek lapangan di sekolah maupun bersama-sama dengan petani.
“Mereka memang sudah dibiasakan dengan kondisi seperti itu, sebab di sekolah ini, 30 persen tiori sisanya praktek. Jadi lulusannya sudah siap pakai,”ungkapnya.
Berkaitan dengan rencana pendirian kembali SPMA Negeri Bogor, menurut Monty, bukan tanpa alasan, sebab Menteri Pertanian, Suswono sudah menyatakan persetujuannya,pada saat Reuni 12-12-12, di Kampus Cibalagung.
“Kini tinggal goodwill pemegang kebijakan dan dorongan kuat dari kita semua,”pungkasnya sambil menjanjikan akan segera membentuk panitia kecil guna mewujudkan harapan segenap alumninya. (dhp/redaksi)
Teks Foto : Foto bersama para pengurus HIMNI Dewi Sri SPMAN Bogor