Dari Rumah Dinas Walikota Bogor Hingga Masjid Istiqlal

Menelusuri Karya Arsitek F.Silaban

BOGORnews, == Di Kota Bogor tidak ada jalan Silaban atau Wisma Silaban, Padahal, Silaban adalah sang Arsitek terkenal dengan karya-karya bangunannya yang kini masih berdiri kokoh, baik di Kota Bogor maupun di Jakarta. Bangunan yang masih berdiri kokoh karya dari arsitek Silaban di Kota Bogor antara lain Rumah Dinas Walikota Bogor di Jalan Pajajaran Kelurahan Babakan Kecamatan Bogor Tengah. Sedangkan  di Jakarta yaitu Masjid Istiqlal.

Rachmat Iskandar salah satu dari nara sumber Tim Rencana  Induk Pengembangan Pariwisata (Rippda) Kota Bogor menuturkan, bahwa  ide dan karya F Silaban sebagian muncul antara Tahun 1950 – 1960. Pada kurun waktu tersebut Kondisi Sosial Politik Luar Negeri maupun Dalam Negeri dalam keadaan labil. Keadaan Sosial Politik Luar Negeri dalam pembenahan setelah Perang Dunia II

Sedangkan keadaan Sosial Politik Dalam Negeri dalam taraf renovasi untuk menentukan bentuk Negara Republik Indonesia Kondisi yang sangat menonjol saat itu adalah adanya Kultur Individu terhadap seorang Pemimin, yaitu Presiden Pertama Indonesia Ir. Soekarno.

Pada saat itu Pribadi F Silaban sangat dekat dengan sosok Soekarno, bahkan sering mendukung ide–ide yang dicetuskan oleh Presiden Soekarno termasuk ide-ide tentang arsitektur dan produknya..

Hal ini, kata Rachmat,  dapat dilihat pada saat Presiden Soekarno mencetuskan ide adanya Nation Building, adalah Paham tentang bangunan yang mampu mencerminkan dan membangkitkan kebanggan Nasional, sehingga bangunan–bangunan yang tercetus berskala raksasa, megah dah heroik.

Hal inilah sempat memberikan warna terhadap ide dan karya F Silaban, pada waktu itu sering mendapat pesanan langsung dari Presiden Soekarno.  Sang Arsitek kesayangan Bung Karno ini merupakan perancang Mesjid Istiqlal yang memiliki Skala Gigantik.

 
Rachmat menceritakan, jika mengamati riwayat hidupnya dapat diketahui dengan jelas bahwa waktu yang dijalani sepanjang hidup dan karier sebagai arstiek adalah di Bogor dan Jakarta. Masa kecil di Tapanuli dilalui hanya sebentar setamat HIS (Holland Inlandsche School, Sekolah Dasar Belanda dahulu) di Narumonda tahun 1927.

Melanjutkan pendidikan pada Koninginlijke Wilhelmina School, KWS, yaitu Sekolah Tehnik jaman Belanda tahun 1931 di Batavia: setelah tamat dari KWS, langsung bekerja di Batavia sebagai juru gambar (Bouwkundig Tekenaar Stadsgemeente ) pada kantor Kota Praja Batavia. Bagi F. Silaban, putera kelima keluarga Djonas Silaban, pekerjaan itu dipandang sebagai suatu rahmat.

Ketika lulus dari KWS di Batavia tahun 1931 ia langsung bekerja sebagai Bouw Kundig Tekenar Stads gemeente mulai Mei–Juni 1931 dan langsung setelah itu menjabat Opzichter Geniedienst di Jakarta sampai tahun 1937. Selanjutnya tahunitu pula ia diangkat sebagai Geniedief Pontianak untuk daerah Kalimantan Barat. Jabatan itu diembannya hingga tahun 1939.

Kepindahannya ke Bogor sebagai Opzichter Tekenaar Stadsgemeente Bogor mengawali babak baru di dalam riwayat hidupnya, baik sebagai warga Bogor maupun sebagai Arsitek yang selanjutnya ia bolak – balik Jakarta – Bogor.Mengingat proyek–proyek yang ditanganinya kebanyakan berlokasi di Jakarta dari tahun 1939 – 1949,

Silaban tidak pernah lepas dari tugas dan jabatan yang berkaitan dengan lingkup pekerjaan umum, Berturut – turut tahun 1942 – 1947 menjabat Kepala PU dan Direktur PU Kota Bogor .Tahun 1950, Silaban sempat menjabat sebagai Kepala PU Kota Bogor, Bahkan, selama lima tahun dipercaya menjadi Ketua Panitia Keindahan Kota DKI Jakarta.

Karya F. Silaban

Berdasarkan catatan Rachmat Iskandar, dari sejumlah Karya tercatat beberapa hasil rancangan Silaban  di Bogor antara lain Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) Bogor, Kantor Perikanan Darat Sempur, Kota Bogor, Rumah Dinas Walikota Bogor (1935),

Diluar Bogor antara lain, Bank Indonesia, Jalan Thamrin Jakarta, Bank Indonesia, BLLD, Jalan Kebon Sirih, Jakarta, Bank Negara 1946, Jakarta Kota Masjid Istiqlal Jakarta, Flat BLLD, Bank Indonesia Jalan Budi Kemuliaan Jakarta, Markas Besar Angkatan Udara (MBAU) Pancoran Jakarta, Gedung Pola Jakarta Hotel Banteng, yang kemudian menjadi Hotel Borobudur.

Beberapa Karya Silaban  lainnya yakni, Gedung Bank Negara Indonesia 46 di Surabaya, Gedung Bank Indonesia di Surabaya, Beberapa karya lainnya rumah tinggal dan monumen–monumen, antara lain Monumen Nasional Pembebasan Irian Barat Lapangan Banteng Jakarta, Tugu Selamat Datang Bunderan HI Jakarta, Taman Makam Pahlawan Kalibata (peresmian 10 Nopember 1954) dan Makam Raden Saleh Bondongan Bogor. Silaban sempat dikukuhkan sebagai Anggota Dewan Perancang Nasional (Depernas)

Akhirnya bulan Mei tahun 1965, sang arsitek F Silaban pensiun dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Madya Bogor. Masa bebas tugas itu bukan berarti Silaban duduk berpangku tangan. Dari tahun 1967 hingga ahir hayatnya Silaban tercatat sebagai Wakil Kepala Proyek Masjid Istiqlal Jakarta (1954). Sedengkan diluar profesi arsitek, F Silaban menjabat dosen luar biasa.

Arsitek yang lengkapnya bernama Friedrich Silaban Ompu Ni Maya. Lahir pada tanggal 16 Desember 1912 di Bondolok Tapanuli, Sumatera Utara. Menikah dengan sang isteri tercinta Letty Kievits pada tanggal 18 Oktober 1946. F.Silaban terlahir dari sang Ibu Boru Simamora dan Bapak Sintua Djonas Silaban. Dari hasil perkawinannya dengan Letty Kievits beliau dikaruniai 10 (sepuluh) orang anak, dua perempuan dan delapan laki-laki.

Salah seorang anaknya mengikuti jejak sang ayah sebagai Arsitek; yakni Ir. Panogu Silaban lulusan Departemen Arsitektur, Institut Teknologi Bandung.

Sang arsitek yang gemar melukis dan main catur ini menghadap Sang Pencipta 14 Mei 1984 diusia usia 71 tahun, setelah menderita sakit. Silaban yang bertempat tinggal di Jalan Gedong Sawah II No : 10 Bogor Tengah Kota Bogor dimakamkan di TPU Cipaku Bogor Selatan, Kota Bogor. (redaksi)

 
 Teks Foto : Salah Satu Karya Arsitek F.Silaban Rumah Dinas Walikota Bogor di Jalan Pajajaran Kota Bogor

Leave a Comment