Adakah Jalan Silaban dan Wisma Silaban di Kota Bogor ?

Mengenang 30 tahun meninggalnya Arsitek Kesayangan Bung Karno

Pada tanggal 14 Mei 1984 telah wafat seorang arsitek  Bogor, kelahiran Bonandolok, Tapanuli Tengah Sumatra Utara.  Arsitek yang pernah tinggal di Kota Bogor selama 45 tahun (1939-1984) adalah perancang masjid terbesar dan termegah di Asia Tenggara,  Friedrich Silaban.  Sosok yang senantiasa identik dengan kehadiran Masjid Istqlal di Indonesia. Silaban tak hanya perancang Masjid Istqlal yang artinya Kemerdekaan, namun ia pun yang mendesain Masjid Al Azhar terletak di Kebayoran Baru Jakarta Selatan.

Jika masjid Istiqlal adalah masjid yang monumental dan fenomenal, maka Al Azhar adalah masjid multifungsi  pertama di Indonesia yang dibangun tahun 1950.  Masjid multifungsi adalah masjid yang memiliki berbagai fungsi seperti perpustakaan, aula kuliah dan seminar, klinik,  dan bahkan memiliki tempat penginapan, asrama, resepsi pernikahan atau kegiatan sosial lainnya.

Silaban tak hanya seorang arsitek yang karyanya tersebar di Jakarta, Medan, Surabaya, Pontianak, Palembang, Cipanas/Cianjur, juga banyak membangun di Kota Bogor.  Ia juga tercatat sebagai pejabat di lingkungan Pemerintah Kota Praja Bogor sebagai Kepala Dinas Pekerjaan Umum paling lama yang menembus tiga zaman yaitu zaman kolonial Belanda, Jepang, dan Republik Indonesia. Artinya, dia menjabat Kepala Dinas PU sekitar 23 tahun dari 1942  sampai pensiunnya tahun 1965 . Jabatan itu tak mungkin terulang sepanjang sejarah Pemerintahan khususnya untuk Dinas PU di manapun.

Kedekatannya dengan Bung Karno, Presiden RI pertama tak hanya semata-mata dari keahliannya yang relatif sama. Silaban adalah arsitek yang menguasai masalah bangunan umum, rumah tingal jalan dan jembatan. Sedangkan Bung Karno adalah sarjana Teknik Sipil dari Tehnische Hogere School. ITB sekarang. Namun, kedua-keduanya memiliki cita rasa, estetika dan konsepsi terhadap arsitektur, desain dan lingkungan yang sama pula.

Silaban pulalah yang memperkenalkan apa yang disebut dengan arsitektur tropis di Indonesia. Ciri-ciri arsitektur tropis adalah struktur bangunan yang memiliki atap tinggi dan curam, berhalaman luas dan adanya teras sebagai ciri yang paling utama.

Tak bisa disangkal, Silaban tampaknya memperoleh pengaruh dari rancangan  Ir. Thomas Herman Karsten seorang arsitek Belanda yang pernah merancang  tata Kota Bogor sekitar tahun 1920. Hingga saat ini jejak Karsten masih terasa dibeberapa antara lain kawasan Taman Kencana, Sempur, Kota Paris, dan Jalan Bangka.  Dengan demikian maka baik Karsten maupun Silaban adalah arsitek yang mampu menterjemahkan konsep Garden City di Kota Bogor yang dikenal sebagai Kota dalam Taman.

Walaupun karya terbesarnya berada di Jakarta, di Bogor konsep Garden City itu pertama tama dilihat dari ungkapan bentuk arsitektur dan rancangan tapak dari bangunan bangunan itu sendiri. Silaban senantasa merencanakan gedung dengan memperhatikan aspek alam melalui dimensi pintu, jendela, lubang angin (ventilasi) ketinggian atap, halaman yang luas dan kelengkapan lanskap.

Di dalam khazanah perkembangan arsitektur  Indonesia Modern Silaban adalah arsitek pribumi pertama yang mampu merancang dan membangun sarana pendidikan.  Salah satunya  Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) yang berubah menjadi Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian  (STPP) Bogor tahun 1951. Bangunan ini menunjukkan konsep Garden City.

Karya karya lainnya, Kampus IPB Baranangsiang, Gedung Perikanan Darat Sempur, Herbarium Bogoriense, Badan Pertanahan Nasional, Gereja HKBP  dan Rumah Dinas Walikota Bogor.

Di luar bangunan – bangunan tersebut, rumah tinggalnya yang terletak di Jalan Gedung Sawah II yang dibangun 1958 menunjukan dengan kuat konsep Silaban tentang arsitektur tropis bangunan yang fungsional dan alami. Rumah itu secara struktural amat sederhana dan atapnyapun berbentuk atap pelana. Mungkin rumah itu satu – satunya di Kota Bogor yang memiliki pagar yang tidak lazim seperti rumah tinggal yang lain.

Sebagai seorang arsitek wawasan berfikir Silaban tak hanya terpaku kepada aspek struktur, konstruksi, ruang dan bentuk namun ia pun sangat peka terhadap lingkup seni. Atas perintah Bung Karno, Silaban yang merenovasi makam Raden Saleh di Bogor dan Gerbang Makam Pahlawan Kalibata Jakarta, dan beberapa monumen lain. Ada satu hal yang perlu menjadi catatan khusus bahwa Silaban pada tahun 1955 nerancang  Lambang Kotamadya Bogor.

Dari pengamatan seluruh karya – karya Silaban khususnya di Kota Bogor adakah terpikir Pemerintah Kota Bogor untuk mengabadikan namanya dalam sebuah jalan atau Gedung ? Sudah selayaknya Silaban diabadikan namanya menjadi  nama jalan  atau nama Gedung (Wisma)

Usulkan Jalan dan Wisma Silaban

Penulis menyarankan salah satu nama Jalan Gedong Sawah menjadi Jalan Silaban, karena selain Silaban bertempat tinggal di Jalan Gedong Sawah juga rumah tersebut menjadi saksi sejarah saat Bung Karno dan Silaban berdiskusi mengenai  rancangan-rancangan arsitekturalnya.

Untuk penamaan Gedung atau Wisma Silaban seyogyanya, Kantor Dinas Kebersihan Pertamanan (DKP) di Jalan Paledang bernama Gedung Silaban atau Wisma Silaban, karena Silaban pernah berkantor sekitar 23 di lokasi tersebut sebagai Kepala Dinas PU dari Kota Praja sampai Kotamadya Bogor.

 
 
Teks Foto : Arsitek Silaban dan Bung Karno 
 
Penulis : Rachmat Iskandar
Pensiunan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor dan pengamat masalah Kebudayaan

Leave a Comment