Menurut Dadang, sekalipun maestro pelukis Raden Saleh yang dimakamkan di Bondongan Kecamatan Bogor merupakan Pahlawan Nasional dan kecintaanya terhadap bangsa negara ini telah dibuktikan dengan hasil karyanya yang menentang Pemerintahan Belanda, namun kaitannya tidak terlalu erat dengan peringatan Hari Jadi Bogor. “Mungkin yang dimaksud adalah Saleh Danasasmita, penulis Sejarah Bogor, yang menemukan tanggal 3 Juni sebagai Hari Jadi Bogor yang dipusarakan di TPU Dreded,” papar Dadang.
Menanggapi kritikan ini, Ketua Panitua HJB ke 532 Edga Suratman langsung meralat Rangkaian Kegiatan Peringatan HJB yang dibagikan kepada Wartawan.
“Perjumpaan kita dengan para wartawan sekarang ini sebagai salah satu upaya mempublikasikan kegiatan HJB sekaligus meralat lokasi makam yang akan diziarahi, bukan Raden Saleh di Bondongan tapi Saleh Danasmita di TPU Dreded seperti yang dikatakan Kang Dadang,” tegas Edgar.
Menurut Edgar, rencananya ziarah ke makam Saleh Danasasmita pada tanggal 31 Mei 2014, yang dipimpin langsung oleh Walikota Bogor Dr. Bima Arya Sugiarto, dan diikuti Wakil Walikota Usmar Hariman, Sekretaris Daerah Kota Bogor Ade Sarip, dan pimpinan SKPD (Satuan Kerja Perngkat Daerah) serta para panitia HJB ke 532.
Sebagai catatan Saleh Danasasmita almarhum, lahir di Sumedang pada 27 Juni 1933 dan wafat di Bogor pada umur 53 tahun, tepatnya 18 Agustus 1986, serta dimakamkan di TPU Dreded Kecamatan Bogor Selatan Kota Bogor.
Selain ahli Sastra Sunda, Saleh juga ahli Sejarah Sunda, pendidikan sarjananya diselesaikan di Jurusan Sejarah IKIP Bandung. Selain aktif menulis di berbagai media penerbitan berbahasa Sunda seperti Mangle, Baranangsiang, Hanjuang dan Sipatahunan, juga pernah menjadi redaktur serta Pemimpin Redaksi di majalah yang didirikannya.
Banyak sekali karya-karya mantan guru SMP, SMA dan SPG ini dan terahir jabatannya adalah Kasie Tenaga Teknis Bidang Muskala Kanwil Depdikbud Jawa Barat. Sebelumnya, Saleh juga pernah menjadi anggota DPRD Kodya Bogor pada tahun 1964-1067.
Karya tulisannya yang sering menjadi referensi para sejarawan diantaranya Sanghyang Siksa Kanda(ng) Karesian, Amanat Galunggung (1987), Babad Pajajaran (1977). Sejarah Jawa Barat (1984) dan Sejarah Bogor (1983).
Buku terahir ini pernah dicetak dalam Bahasa Sunda oleh Panitia Gerakan Sarebu Pikeun Buku (GSPB) 2011 serta dicetak ulang Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor tahun 2013.(redaksi)
Leave a Comment