“Jadi, untuk mengakomodir para wisatawan selain memperbanyak hotel juga perlu disiapkan bus pariwisata, “ ujar Hasan Hambali Pemilik Hotel Salak dalam Diskusi Publik tentang Kepariwisataan yang di Gelar Ikatan Alumni SMAN 1 Bogor, di Balaikota Bogor, Sabtu (7/5/2014)Hasan menyebutkan, penyediaan bus Pariwisata dibutuhkan, karena tamu-tamu yang datang ke Kota Bogor lebih suka berkunjung dari satu tempat ke tempat lainnya. Selain itu infratruktur jalan perlu mendapat perhatian serius dari Pemerintah Kota Bogor. “Jadi, jalan – jalan di Kota Bogor harus mulus. Artinya, tidak ada lagi jalan –jalan rusak, ” harapnya.
Ia mengatakan, bahwa Bogor sering menjadi tempat rapat instansi pemerintah dan lembaga lainnya. “Jika hotel jumlahnya telah mencukupi maka akan memberikan peluang bagi industri kreatif lebih berkembang lagi, “ ujar Hasan
Ketua Umum Ikatan Keluarga Alumni SMAN 1 Bogor Hania Rahman mengatakan, selama ini Kota Bogor belum memiliki indentitas yang melekat. “Ketika orang mau berkunjung ke Bogor, mereka tidak tahu di Bogor ada apa, karena belum ada identitas pariwisata yang melekat ” ujar Hania
Berbeda dengan Kota lainnya, kata Hania, ketika terdengar kata Raja Ampat dan Wakatobi, mereka sudah tahu bahwa di sana ada wisata bahari. Begitu pula saat mendengar Yogyakarta langsung akan teringat wisata belanja, dan Bali dengan wisata alamnya. “Justru sebaliknya prang tahunya Bogor itu Kota sejuta angkot, karena memang banyak hijau-hijaunya,” tutur Hania.
Kasubag Rumah Tangga dan Protokol Istana Bogor, Endang Sumitra mengatakan, “icon” pariwisata Kota Bogor hanya Istana dan Kebun Raya Bogor. Meskipun, setiap tahunnya dikunjungi ribuan wisatawan, tapi, Istana Bogor belum menjadi menyumbang PAD (Pendapatan Asli Daerah) bagi Kota Bogor, karena tidak memiliki kewenangan untuk menarik retribusi.
“Harusnya peluang ini ditangkap, sehingga bisa berkontribudi bagi PAD, namun tidak mengatasnamakan Istana, “kata Endang
Sekretaris Daerah Kota Bogor, Ade Sarip Hidayat selaku plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor mengakui, bahwa sektor pariwisata memiliki peran strategis dalam pembangunan Kota Bogor. Buktinya, PAD Kota Bogor sebesar Rp413 miliar dimana 38 persennya disumbang dari sektor pariwisata.
Walikota Bogor, Bima Arya Sugiarto berharap melalui diskusi akan bisa merumuskan format strategi pariwisata apa yang cocok bagi Kota Bogor, “Saya berharap forum ini bisa memberikan sumbang pikiran, untuk pengembangan Kepariwisataa di Kota Bogor,” ujarnya.
Bima mencontohkan, turis Australia suka backpacker, namun berbeda dengan turis Eropa yang menyukai Haritage (kota pusaka). “Di Bogor semuanya sudah ada. Makanya perlu format strategi pariwisata apa yang cocok, “ kata Bima. (redaksi)
Leave a Comment