
- Mewakili Indonesia, Depitasari Raih Medali Perunggu di Ajang Asian Virtual Championship 2020
- Bogor Soccer School Bina Pemain Sepak Bola Usia Dini
- HokBen Taman Yasmin Bogor Tawarkan Aneka Menu Bergaya Khas Jepang
- Jelang Pembelajaran Tatap Muka, Pemkot Kejar Vaksinasi Guru
- Tien Batatie, Keikhlasan Mengabdi 33 Tahun Mengajar Sebagai Guru Honorer
- KPPG Kota Bogor Dikukuhkan
- Ummul Quro Al-Islami Dapat Penghargaan Outstanding Project Istanbul Youth Summit 2021
- Jelang Ramadan, 1.500 Karyawan Lippo Plaza Ekalokasari Divaksin
- Beralih dari Karyawan Hotel, Petani Milenial Ini Jadi Calon Duta Petani Milenial
- Mal di Kota Bogor Dukung Percepatan Vaksinasi Nasional
Nena Ernawati, Cerita Dibalik Mendidik Dengan Hati Dan Ketulusan

Keterangan Gambar : Nena Ernawati saat menerima Penghargaan tanda kehormatan Satyalancana XX dari Presiden Republik Indonesia yang diwakili Walikota Bogor

BOGORnews.com ::: Nena Ernawati (51) pernah mengalami perlakuan siswa ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung. Siswa tiba-tiba menjadi marah, walau hal kecil terkadang teriak-teriak, bangku dan meja di jungkir balikkan hingga papan tulis yang terpampang di ruang kelas ditarik jatuh, melukai kaki sampai berdarah. Nena Ernawati sebagai guru madrasah dengan keterbatasan yang ada, dirinya tidak bisa berbuat apa-apa saat itu, “Saya hanya bisa menangis,” tuturnya.
Peristiwa dua tahun lalu masih dikenang hingga sekarang. Menyadari akan pengalamannya itu, guru kelahiran Bogor, 20 Januari 1970 tidak patah semangat melakukan berbagai upaya pendekatan, baik dengan siswa maupun orang tua.
"Tidak mudah mendidik siswa dengan sikap dan perilaku yang berbeda dengan siswa yang lain, diperlukan kesabaran ekstra dan penuh kasih sayang, serta dedikasi," ujar guru Madrasah Ibtidaiyah Al-Falak Bogor beberapa waktu lalu.
Menurutnya, mendidik siswa memiliki karakter berbeda dengan siswa yang lain memiliki kesan tersendiri baginya. Mendidik dengan hati dan ketulusan bagaimana membujuk siswa yang marah dengan batu di tangannya yang sewaktu-waktu dapat di lemparkan ke siapa saja, upaya apa yang harus dilakukan saat siswa menangis kencang ketika pinsilnya hilang, dan tidak mau di ganti dengan pinsil baru, harus pinsil yang hilang itu hingga berebut makan dengan temannya, walau dia sendiri membawa bekal tapi ingin makan yang punya temannya.
“Mereka (anak-anak) tidak boleh dibentak atau memarahinya, tapi memberi pengertian pada anak tersebut dengan bahasa yang dapat di pahami anak, karena mengajar dan mendidik harus dengan hati. Memberikan keperdulian dan berbagi serta motivasi dan pujian,” ucapnya.
Di madrasah Al- Falak, tidak hanya menerima siswa dengan kondisi yang normal saja, bagi siswa berkebutuhan khusus harus tetap diterima dan tidak boleh ditolak. “Mereka (anak-anak) berkebutuhan khusus juga berhak mendapatkan pelajaran dari tidak tahu menjadi tahu, dibimbing dari yang tidak baik menjadi baik hingga memiliki akhlak yang mulia,” tandasnya.
Pembelajaran Daring Melalui WhatsApp
Pembelajaran daring di tengah pandemi menjadi tantangan terberat. Madrasah harus menyesuaikan dengan keadaan ekonomi orang tua siswa, mencari metode pembelajaran yang adaptif bagi siswanya.
Nena Ernawati menyadari akan sumber daya manusia menengah kebawah. Guna mendukung pembelajaran jarak jauh, sekolah menggunakan aplikasi WhatsApp. Aplikasi tersebut memang tidak dirancang khusus bagi siswa, namun setidaknya pencapaian materi dapat tersampaikan.
Dalam satu hari ada tiga materi mata pelajaran tema ditambah pelajaran agama, diantara ada pelajaran Al quran hadis, fiqih, akidah akhlak dan bahasa arab yang harus dikerjakan siswa. Namun, pihak madrasah tidak mengharuskan siswanya mengerjakan tepat waktu, karena ada siswa yang tidak bisa mengerjakan tugas pelajaran.
“Ada kemungkinan selain kuota internet yang tidak mampu dibeli atau smartphonenya dipakai oleh orang tuanya berkerja, dan itu boleh dicicil mengerjakan tugasnya selama kendala kuota atau smartphonenya tidak bisa digunakan karena ada kerusakan atau hal lain. Hal ini diungkapkan ada beberapa orang tua yang mengeluh,” jelasnya
Dalam pandemi saat ini, Ia berharap peran serta orangtua sangat dibutuhkan. Tanpa adanya dukungan dan kepedulian dari orang tua, maka menurutnya pembelajaran tentunya tidak akan maksimal, meskipun pembelajaran dari rumah menggunakan aplikasi WhatsApp. “Perlu adanya sinergi antara pihak madrasah, guru dan orang tua demi mewujudkan pendidikan terbaik bagi putra putrinya,” imbuhnya.
Penyematan Satyalancana Oleh Walikota Bogor Bima Arya
Berkiprah selama 28 tahun mengabdi di dunia pendidikan, serta mampu menunjukkan kesetiaan, kecakapan, kejujuran dan kedisiplinan. Nena Ernawati didaftarkan oleh kementerian Agama kota Bogor untuk mendapatkan Satyalencana.
Penghargaan tanda kehormatan Satyalancana XX dari Presiden Republik Indonesia tersebut diserahkan langsung oleh walikota Bogor Bima Arya usai upacara Hari Amal Bakti (HAB) ke-75 tingkat kota Bogor.
“Alhamdulillah, saya bersyukur bisa mendapatkan anugerah ini. Penghargaan ini tentunya akan menjadi pemacu kinerja yang lebih baik,” ucapnya.
Perjalanan karir menjadi seorang guru berawal sejak lulus dari Pendidikan Guru Agama (PGA) tahun 1989 Seiring waktu berjalan ia melanjutkan studi D2 di UIN Bandung dan S1 di Universitas Syamsul Ulum serta mendapatkan beasiswa dari kementerian agama untuk kuliah jurusan pendidikan di Universitas Islam Negeri Jakarta. “Saya di angkat menjadi pegawai negeri sipil tahun 1992, dengan meniti karir dengan golongan 2A ,2B dan seterusnya,” ujarnya. *(boy)
Berita Terkait
- Temukan Harga Termurah di Shopee Murah Lebay, Murahnya Lebay Banget! 0
- Tingkatkan Luas Tanam dan Produksi Penyuluh Dampingi Petani Terapkan IP4000
- Perkuliahan Darling Ditengah Kondisi Perekonomian Saat Ini0
- DPR RI Ajak Petani Laksanakan Pertanian Berbasis Semesta0
- Komunitas Cilebut Berbagi, Berbagi Dengan Hati0
Berita Populer
- Membuat Teks Melingkar Dengan Photoshop
- Batu Bulu Macan Tembus Harga 1 Miliar
- Si Cantik Bayar Ongkos Taxi Pake Itu .... !!!
- Jeruk Nipis Dongkrak Keperkasaan Pria
- Bima Bicara Penanganan Kemiskinan di Oxford University